Selamat datang Di Website The Home Stay Garut~ Sewa Rumah,villa,hotel di garut ~Info lebih lanjut hubungi: 0812-2424-6736 (whatsapp) id: @fazajersey (Line) ~ INFO: bisa tambah extrabed dan bisa sewa karoke ~ ~ Kami Melayani Anda Dengan senang Hati :)

Sejarah musik religi di Indonesia

Seperti ada perjanjian tidak tertulis kalau tiap-tiap Ramadan tiba senantiasa jadi bulannya Bimbo, trio musik pop asal Bandung yang identik dengan lagu-lagu nasyid atau religi. Terhitung mulai sejak 1975, waktu melaunching album Irama Qasidah Iin & Bimbo volume 1, dominasinya hampir tidak tergoyahkan hingga saat ini. Sebagian hitnya yang tetaplah kekal diantaranya “Qasidah Anak Ajukan pertanyaan Pada Bapaknya”, “Rindu Anda Padamu”, “Jangan Tolak Kenikmatan”, “Sajadah Panjang”, “Rasul Menyuruh Menyukai Anak Yatim” serta sudah pasti “Tuhan”. 

Di tangan Bimbo, musik religi yang di sampaikan dalam sentuhan irama flamenco jadi merasa enteng serta begitu gampang diolah, namun masih tetap mempunyai kedalaman karna lirik lagu-lagu mereka biasanya ditulis bareng sastrawan Taufiq Ismail. Bebunyian tabla atau rebana tak akan jadi lambang. 

Bimbo segera bicara mengenai pesan. Nasyid datang dari bhs Arab, ansyada-yunsyidu, berarti bersenandung. Dalam hubungan dengan kesenian, nasyid yaitu senandung yang berisikan syair-syair keagamaan. Penyanyinya dimaksud munsyid. Sederhananya, nasyid adalah satu diantara fasilitas dalam berdakwah. Dalam konteks ini Bimbo ada serta tegak jadi pioneer. 


Sesungguhnya sebelumnya peluncuran Irama Qasidah Iin & Bimbo, grup musik underground AKA dari Surabaya sudah lebih dahulu melaunching album Pop Qasidah (1974). Sayang, AKA cuma hasilkan satu album, hingga berkesan cuma beberapa cobalah atau sebatas mengakali pasar komersial. Koes Plus juga melaunching album Qasidahan (1974). Sedang intensitas Bimbo pada album religi telah menjurus pada sikap bermusik. 


Di titik ini juga tempat Aunur Rofiq Lil Firdaus atau Opick, yang terlebih dulu lebih di kenal jadi penyanyi rock balada. Pada album Istigfar, Opick bekerjasama dengan Almarhum Jeffry Al Buchori dalam lagu “Ya Robbana” serta Gito Rollies di lagu “Cukup Bagiku”. Terlebih dulu, Haddad Alwi serta Emha Ainun Nadjib pernah memperoleh tempat di hati orang-orang pencinta lagu religi. 

Nah, bila lagu nasyid atau religi didentikan jadi fasilitas berdakwah, harusnya lirik lagu-lagu yang ditulis Rhoma Irama serta Ebiet G Ade termasuk juga kelompok ini. Lewat lirik-lirik kontemplatif Ebiet G Ade banyak mengingatkan kita pada keesaan. Rhoma Irama bahkan juga dengan tegas mengibarkan apa yang disebutnya ‘sound of Moslem’. 


Meriahnya lagu religi dalam paket pop tidak dapat dilepaskan dari persaingan perebutan dagang beberapa label. Tiap-tiap mendekati bln. Ramadan tiba nyaris tak ada label yg tidak menghasilkan album religi. Beberapa disiapkan dengan masak, beberapa hanya menguber event. 

Tampak, umpamanya, lagu yang bernafaskan religi diselipkan demikian saja kedalam album pop standard. Satu diantara yang dikerjakan dengan serius yaitu “Ketika Kaki Serta Tangan Berkata”-nya Chrisye atau “Dengan Mengatakan Nama Allah” dari Novia Kolopaking. 


Sejarah musik religi di Indonesia
Booming lagu religi di Indonesia makin jadi dengan masuknya Raihan, grup nasyid asal Malaysia. Seperti Bimbo, Raihan menyingkirkan peranan instrumen tabla ingin juga rabana serta menggantinya dengan rencana acapela. Lalu nampaklah grup semacam seperti Snada, Izzatul Islam serta Qatrunnada. Pada 2004 demam album religi dibangkitkan kembali oleh GIGI dibarengi Ungu, Nidji, D’masiv dan Wali. 

Th. ini dua “pendatang baru” ikut meramaikan situasi Ramadan. Mereka yaitu John Paul Ivan, bekas gitaris Boomerang, band metal asal Surabaya, yang bekerjasama dengan Goesi melaunching single “Silaturahmi”. Satunya sekali lagi Glenn Fredly dengan album berjudul “Hidayah”. Kesuksesannya masih tetap belum juga teruji oleh saat. Yang telah teruji oleh saat pasti yaitu beberapa pendahulunya seperti Bimbo, Opick, Wali dan GIGI yang th. ini masuk umur ke-3 belas dalam permainan mereka di ranah religi. Debut GIGI bahkan juga dengan berkelanjutan dibarengi oleh acara ‘Ngabuburit’ ke beberapa kota di Indonesia. 


Disamping itu kesuksesan Maher Zain, solis Swedia asal Lebanon, adalah ujian sekali lagi untuk John Paul ingin juga Glenn Fredly. Tiga album yang telah mengedar di Indonesia yaitu Thank You Allah (2009), Insha Allah serta Thank You Allah (Platinum edition, 2011). 

Karna masih tetap berbentuk musiman berikut, sampai saat ini perubahan musik religi di Indonesia belum juga mempunyai akar yang kuat dalam percaturan industri rekaman pop. Beberapa pelantun lagu religi juga akan senantiasa datang serta pergi. 

Cuma mereka yang berkelanjutan serta sudah teruji oleh saat yang dapat bertahan. Salah satunya yaitu grup Nasida Ria yang mempopulerkan lagu “Jilbab Putih”, “Suasana di Kota Santri”, “Suasana Kota Santri” atau “Perdamaian” yang sempat di daur ulang dengan berhasil oleh GIGI. 


Dibangun pada 1975 oleh seseorang tokoh pesantren di Semarang bernama H Mudrikah Zain, popularitas Nasida Ria berhasil sampai ke luar negeri. Terdaftar mereka sempat membuat konser di Malaysia serta 2 x diundang ke Jerman dalam rencana menyemarakkan Die Garten des Islam (Pameran Budaya Islam) serta Festival Heimatklange. 

Berikut satu diantara legenda dalam histori musik religi di Indonesia.

Indra Koswara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram Official @garuthomestay