Selamat datang Di Website The Home Stay Garut~ Sewa Rumah,villa,hotel di garut ~Info lebih lanjut hubungi: 0812-2424-6736 (whatsapp) id: @fazajersey (Line) ~ INFO: bisa tambah extrabed dan bisa sewa karoke ~ ~ Kami Melayani Anda Dengan senang Hati :)

Pesona Situ Cangkuang Garut

https://thehomestaygarut.blogspot.co.id/

Danau kecil atau umum dimaksud dengan Situ membentang dengan bunga teratai serta eceng gondok diatasnya. Situ Cangkuang Garut, umumnya masyarakat setempat mengatakan nama itu serta termasuk juga satu diantara Situ yang begitu bersejarah, karna ditengahnya ada satu bangunan candi. Candi Cangkuang yaitu hanya satu candi yang bisa dipugar di daerah Jawa Barat. Nama Candi Cangkuang sesuai dengan nama desa di mana candi itu diketemukan. Desa Cangkuang datang dari nama pohon yang terdapat banyak di sekitar makam Embah Dalam Arif Muhammad, namanya pohon Cangkuang, pohon ini semacam pohon pandan dalam bhs latinnya (Pandanus Furcatus), tempo dahulu daunnya digunakan untuk buat tudung, tikar atau pembungkus gula aren. Embah Dalam Arif Muhammad serta kawan-kawan bersama orang-orang setempatlah yang membendung daerah ini, hingga berlangsung satu danau dengan nama “Situ Cangkuang Garut” lebih kurang era XVII. Embah Dalam Arif Muhammad serta kawan-kawan datang dari kerajaan Mataram di Jawa Timur. Mereka datang untuk menyerang tentara VOC di Batavia sembari menebarkan Agama Islam di Desa Cangkuang Kabupaten Garut. Saat itu di Kampung Pulo satu diantara sisi lokasi dari desa Cangkuang telah ditempati oleh masyarakat yang beragama Hindu. Tetapi dengan perlahan-lahan tetapi tentu, Embah Dalam Arif Muhammad mengajak orang-orang setempat untuk memeluk Agama Islam. 

Desa Cangkuang terdapat disamping utara kabupaten Garut masuk Kecamatan Leles, persisnya berjarak 17 km dari Garut atau 46 km dari Bandung. Untuk menuju website Cangkuang dari arah Bandung, dapat memakai mobil pribadi atau umum. Dari arah Bandung menuju Garut kita juga akan ketemu dengan kecamatan Leles, saat hingga di Leles ada satu papan panduan yang begitu terang yang tunjukkan tempat Candi Cangkuang. Masuk kedalam sejauh lebih kurang 3 km, dengan jalan beraspal bisa dilewati oleh kendaraan baik roda dua ataupun empat, bahkan juga masih tetap dipertahankan angkutan tradisionil delman (andong). Jika ditempuh dengan jalan kaki membutuhkan saat lebih kurang 30 menit. Udara didaerah ini termasuk sejuk, karna terdapat pada ketinggian 700 m di atas permukaan air laut. Disepanjang perjalanan dari Leles ke desa Cangkuang kita juga akan melihat indahnya sawah yang hijau, disamping utara kita juga akan lihat Gunung Haruman, serta disamping barat juga akan terlihat Gunung Mandalawangi serta Gunung Guntur yang menjulang tinggi. 

Gerbang yang tidaklah terlalu besar juga akan menyongsong hadirnya beberapa pengunjung, bahkan juga tempat parkir untuk beberapa pengunjung cuma muat untuk 3 mobil ukuran kecil semacam sedan serta minibus. Untuk bus besar dapat diparkir di pinggir jalan desa. Sesaat kita dapat beristirahat di pinggir situ, sembari nikmati makanan kecil yang telah kita bawa. Teduh rasa-rasanya memandangi air situ yang bening kehijauan serta udara yang sejuk. Untuk menjangkau Candi Cangkuang kita mesti menyeberangi situ, lebih kurang berjarak 500 mtr. dari tempat gerbang masuk. Rakit dari bambu siap mengantarkan kita, di mana satu rakit kemampuan maksimumnya 25 orang. Lebih kurang sesudah 10 menit ada di atas rakit, sampailah kita dilokasi Candi Cangkuang. Masuk areal candi tiap-tiap orang dipakai cost restribusi yang dipakai untuk pemeliharaan candi itu. Pagi hari rasa-rasanya lebih indah saat kita berkunjung ke candi itu, karna terkecuali candi itu terdapat ditanah yang tertinggi di antara bangunan-bangunan beda di tempat itu, kabut pagi yang menyembul di antara pohon-pohon besar di sekitaran candi menaikkan kesan angker candi, tetapi hal tersebut malah menaikkan pesona sendiri dari Candi Cangkuang. 

Candi Cangkuang diketemukan kembali oleh Tim Histori Leles serta sekelilingnya pada tanggal 9 Desember 1966. Tim ini disponsori oleh Ayah Idji Hatadji (Direktur CV. Haruman). Tim Histori Leles diketuai oleh Prof. Harsoyo, dan jadi ketua riset histori serta kepurbakalaan yaitu drs. Uka Tjandrasasmita, seseorang pakar purbakala Islam pada instansi purbakala. Drs. Uka Tjandrasasmita awal mula lihat ada batu yang disebut fragmen dari satu bangunan candi serta selain itu ada juga makam kuno berikutsebuah arca (patung) Siwa yang telah rusak, tempat penemuan ini yaitu adalah satu bukit di Kampung Pulo Desa Cangkuang. Riset itu berdasar pada tulisan Vorderman dalam buku Notulen Bataviaasch Genootschap terbitan th. 1893 yang menyebutkan kalau di Desa Cangkuang ada makam kuno (Arif Muhammad) serta satu arca yang telah rusak. Sepanjang riset setelah itu di sekitar tempat itu diketemukan juga peninggalan-peninggalan kehidupan pada jaman pra histori yakni berbentuk alat-alat dari batu obsidian (batu kendan), pecahan-pecahan tembikar yang tunjukkan ada kehidupan pada jaman Neolithicum serta batu-batu besar yang disebut peninggalan dari kebudayaan Megaliticum. 

Lebih unik sekali lagi selain Candi cangkuang ada satu pemukiman yang diberi nama dengan Kampung Pulo. Satu kampung kecil yang terbagi dalam enam buah tempat tinggal serta kepala keluarga. Ketetapan ini mesti ditepati, serta telah adalah ketetapan kebiasaan bila jumlah tempat tinggal serta kepala keluarga itu mesti enam. Oleh karenanya untuk Kampung Pulo Desa Cangkuang sulit atau relatif lama untuk berkembang, baik tempat tinggalnya atau penduduknya dari ke-6 kepala keluarga itu. Beberapa besar dari masyarakat Kampung Pulo itu bermata pencaharian petani dengan tanah sendiri, serta beberapa sekali lagi jadi petani penggarap tanah orang yang lain. Masyarakat yang tempati kampung ini adalah masyarakat keturunan ke tujuh dari Eyang Dalam Arif Muhammad. Karna uniknya tempat ini, baik dari histori ataupun tempatnya, buat daya tarik sendiri buat wisatawan baik domestik ataupun luar negeri untuk berkunjung ke tempat ini. Menurut petugas, “tiap hari senantiasa ada wisatawan asing yang bertandang kesisni, belum juga di akhir minggu umumnya banyak dikunjungi oleh anak-anak sekolah untuk memperdalam pengetahuan histori. Tetapi demikian, aspek kebersihan serta keindahan kelihatannya kurang memperoleh perhatian serius dari Dinas Pariwisata yang mengelola tempat ini. Diluar itu sarana MCK juga kurang mencukupi, hingga ke depan supaya tempat ini tetaplah menarik buat beberapa wisatawan, pihak-pihak berkaitan mesti melakukan perbaikan serta lengkapi beberapa sarana yang ada.

Yuqbal faza aula dipa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram Official @garuthomestay