Atlet yang meninggal saat bertandinng |
1. Ayrton Senna
Senna sempat membalap untuk empat tim yakni Toleman, Lotus, McLaren, serta Williams. Berpasangan dengan juara dunia Alain Prost untuk tim McLaren pada th. 1988 ia jadi juara dunia pertama kalinya di Formula 1. Perseteruannya dengan Prost seringkali dikenang jadi satu diantara konflik paling hebat sekalian terpahit dalam histori Formula 1. Sebagian lawan Senna yang lain yaitu Nelson Piquet serta Nigel Mansell.
Senna populer dengan kehebatannnya dalam mengemudikan mobil Formula 1 di circuit basah. Senna seringkali dijuluki jadi The Rain Man. Kehebatannya di track basah bisa diliat pada GP Monaco 1984 di mana dengan mobil yang kurang mumpuni dia tempati tempat ke-2, kemenangan pertamanya yang demikian menguasai pada GP Portugal 1985, serta pada GP Eropa 1993. Pada GP Eropa 1993 di circuit Donington, Inggris, Senna dalam jarak kurang dari satu lap berhasil jadi pemimpin lomba sesudah pernah ada di tempat ke-5. Senna juga seringkali dijuluki Master of Monaco karna dia memenangkan GP Monako sejumlah 6 kali. Kehebatan Senna yang lain yaitu dia begitu ahli dalam kwalifikasi. Dia mencatat 65 kali tempat start paling depan dalam 162 balapan sebelumnya dipecahkan oleh Michael Schumacher yang mencatat 65 kali start paling depan dalam 236 balapan. Kemenangan di GP Brazil th. 1991 serta GP Jepang th. 1988 adalah sebagian contoh tampilan terbaiknya. Selama karirnya, Senna sudah memenangkan 41 Grand Prix.
Ia wafat dunia karena kecelakaan hebat di tikungan Tamburello waktu memimpin balapan di GP San Marino di Circuit Imola dengan timWilliams pada 1 Mei 1994.
Nama besar Ayrton Senna masih tetap dikenang hingga sekarang ini. Sebagian pembalap kembali kenang Senna jadi satu diantara pembalap mobil paling baik selama hidup, sama dengan Dale Earnhardt dari NASCAR yang tewas selesai alami kecelakaan waktu berlomba di Daytona 500 2001.
2. Marco Simoncelli
Marco Simoncelli tidak dapat melawan cedera kronis yang menimpanya, karena kecelakaan di Circuit Sepang, Malaysia, Minggu (23/10/11). " Supersic " pada akhirnya mengembuskan nafas paling akhir pada jam 16. 56 saat setempat atau 15. 56 WIB, walau pernah memperoleh perawatan di medical centre circuit.
Kecelakaan mengerikan itu berlangsung pada lap ke-2 di Tikungan 11. Simoncelli, yang tengah bertanding dengan Alvaro Bautista dalam persaingan perebutan tempat ke-4, tidak dapat mengatur motornya saat menikung ke kanan, hingga tergelincir.
Waktu jatuh itu, dia serta motornya melewati circuit serta masuk ke jalur punya pembalap Yamaha Tech 3, Colin Edwards, serta pembalap Ducati, Valentino Rossi. Kecelakaan horor itu juga tidak terhindar, karna motor Edwards melindas Simoncelli, persisnya di kepala.
Edwards juga jatuh diluar track dengan cedera dislokasi bahu, serta Rossi masih tetap dapat mengatur motornya walau terpental ke luar trek serta Desmosedici GP11. 1 tunggangannya alami rusaknya. Walau demikian, Simoncelli menggelepar diatas track dengan helm telah lepas dari kepala (sesudah dilindas), serta dia sekalipun tidak bergerak.
Bendera merah segera dikibarkan selesai kecelakaan tragis itu. Sesudah menanti sebagian waktu, panitia lomba menginformasikan kalau balapan GP Malaysia itu resmi dibatalkan, karna tim medis konsentrasi untuk menyelematkan Simoncelli, yang pada akhirnya wafat pada jam 16. 56.
3. Piermario Morrosini
Morosini mendadak kolaps waktu melakukan kompetisi di sesi pertama Serie B pada Livorno serta Pescara di gelar musim kemarin. Staf medis coba lakukan pertolongan pada pemain yang dipunyai Udinese ini, tetapi nyawanya tidak tertolong sebelumnya tiba dirumah sakit.
Hasil autopsi Morosini mengungkap kalau dianya wafat karena keadaan jantung yang cukup langka, arrhythmogenic cardiomyopathy. Keadaan berikut yang diklaim jadi penyebabnya wafatnya bek Sevilla Antonio Puerta pada Agustus 2007.
Walau sekian, penyelidikan juga dikerjakan pada kesigapan staf medis dan beberapa usaha yang mereka kerjakan untuk menyelamatkan nyawa Morosini. Akhirnya, staf medis Livorno ataupun Pescara, demikian halnya kru ambulans yang ikut menolong Morosini, di ketahui tidak memakai defibrillator untuk memompa jantung sang pemain. Sekian ditulis Football Italia.
Defibrillator baru dipakai saat pemain 25 th. tiba dirumah sakit, dimana peluangnya untuk pulih semakin tidak tebal.
Kritik lebih tajam diperuntukkan pada kru ambulans Vito Molfese. Pasalnya, dia tidak mengecek apakah defibrillator sudah dipakai serta pilih tidak memakai mesin itu " di waktu peluang bertahan hidup masih tetap cukup tinggi (yaitu 60-70 %). "
4. Shoya Tomizawa
Dalam balapan Moto2, Minggu (5/9/10), berlangsung kecelakaan maut, yang merenggut nyawa pembalap Jepang Shoya Tomizawa. Saat jatuh, dia dilindas oleh dua motor (Alex de Angelis serta Scott Redding) yang persis ada di belakangnya.
Walau telah memperoleh pertolongan, kematian tetaplah hampiri pembalap berumur 19 th. ini. Cuma berselang lebih dari 10 menit ada dirumah sakit, Tomizawa meregang nyawa. Cedera kronis pada kepala, dada serta perut, buat dia mesti akhiri perjalanannya didunia fana ini.
Berita itu jadi satu pukulan telak untuk dunia otomotif, terutama balap motor. Sebab, Tomizawa adalah satu diantara bintang masa depan adu kecepatan " kuda besi " ini, mengingat reputasinya yang mulai menanjak.
Tomizawa mencatatkan dianya jadi pembalap yang pertama kalinya memenangkan kelas Moto2, saat memenangkan seri pembuka 2010 di Qatar, 11 April kemarin. Dia masuk histori itu, karna kelas Moto2 untuk pertama kalinya dipertandingkan pada th. ini, menukar kelas 250cc.
S/d balapan di Misano, sebelumnya kematiannya, Tomizawa telah tampak di 11 seri dengan mencatat satu kemenangan. Dia ada di posisi 7 klassemen sesaat, dengan raihan 82 point.
Sebelumnya tampak di Moto2, nama Tomizawa hampir tidak terdengar. Ini karna bakatnya tertutup oleh mesin motor tunggangannya yg tidak kompetitif pada tampilan perdananya dengan penuh di kelas 250cc musim 2009. Saat itu, dia cuma ada di tempat 17 klassemen akhir, dengan prestasi paling baik selama satu musim itu yaitu finish di posisi 10.
Tetapi waktu kelas 250cc dihapus serta ditukar kelompok Moto2, nama yang memiliki nomor 48 itu segera melejit. Pada seri perdana di Qatar, Tomizawa naik podium nomor satu, walau dia start dari posisi sembilan. Kemudian, dia tempati pole position serta naik podium pada seri ke-2 di Jerez.
Tomizawa--yang mulai seri ke-3 telah lengser dari puncak klassemen karna digeser Toni Elias--masih ada di posisi dua s/d seri ke-7. Tapi kemudian, tempatnya selalu turun serta " terdampar " di posisi 7. Dalam usahanya untuk merangkak naik sekali lagi, Tomizawa pada akhirnya mesti membayar dengan nyawa karna kecelakaan di Misano pada lap ke-12.
Tomizawa lahir di Chiba, Jepang, pada 10 Desember 1990 serta mulai turut serta suka balapan mulai sejak umur 3 th.. Pada th. 2006, dia jadi runner-up untuk All-Japan kelas 125cc serta prestasi sama berlangsung sekali lagi di kelas 250cc pada musim 2008.
Dia lakukan kiprahnya di kelas 125cc pada th. 2006 di Circuit Motegi, Italia. Saat itu, dia tampak dengan memakai sarana wild-card. Tomizawa untuk pertama kalinya berhasil menjangkau finish dalam satu seri balapan pada moment 2007, dimana dia finish di posisi 22.
Kemudian, performnya selalu lebih baik. Pada balapan ke-3 serta paling akhir dengan sarana wild-card pada kelas 250cc di Motegi th. 2008, Tomizawa berhasil menjangkau posisi 14, yang buat tim Technomag CIP (memakai mesin Honda) tertarik menggaetnya untuk musim 2009--bahkan sebagian jam sebelumnya kecelakaan yang merenggut nyawanya, Tomizawa sudah di tandatangani perpanjangan kontrak untuk 2011.
Tetapi, semuanya yang diimpikan CIP dengan Tomizawa mesti pupus. Sang pembalap mesti lebih cepat " meninggalkan dunia " karena kecelakaan di Misano itu. Ini juga yang buat wapres Honda Racing Corporation, Shuhei Nakamoto, terasa sedih serta mengakui kehilangan bintang masa depan.
" Kami telah kehilangan seseorang pembalap muda serta begitu memiliki bakat. Shoya miliki semangat juang yang tinggi, kami semuanya begitu merindukannya, " tutur Nakamoto.
Kematian Tomizawa, adalah yang pertama di arena balap motor mulai sejak cerita tragis Daijiro Kato di Circuit Suzuka, Jepang, pada th. 2003. Seperti umumnya orang Jepang, Tomizawa membalap dengan nomor 74 di pundaknya, jadi penghormatan pada Kato.
5. Marc Vivian Foe
Seseorang pemain sepak bola berkebangsaan Kamerun lahir di Nkolo, Propinsi Tengah 1 Mei 1975. Ia wafat di Lyon, Perancis, 26 Juni 2003 pada usia 28 th.. Dia mulai karirnya di club Union Garoua. Di timnas Kamerun, dia main 64 kali serta cetak 6 gol. Dia wafat dunia pada th. 2003 karena serangan jantung waktu bermain di Piala Konfederasi melawan Kolombia. Dia terjatuh di dalam lapangan dengan mendadak tidak ada satu orang pemain juga di dekatnya, lantas dia wafat sebagian waktu kemudian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar