Selamat datang Di Website The Home Stay Garut~ Sewa Rumah,villa,hotel di garut ~Info lebih lanjut hubungi: 0812-2424-6736 (whatsapp) id: @fazajersey (Line) ~ INFO: bisa tambah extrabed dan bisa sewa karoke ~ ~ Kami Melayani Anda Dengan senang Hati :)

Islam Itu Indah

Islam Itu Indah
Semua puji untuk Allah rabb semesta alam. KepadaNyalah semua makhluk bertumpu serta mengadu, dari keterserakan harapan, dari kekurangan daya, dari ketakmampuan usaha, serta dari kepandiran jiwa dan raga. DariNyalah keselarasan alam berpadu, hingga mengulunlah kasih serta sayang dengan penuh syahdu, jadi lahirlah kemesraan walau terbingkai dari keragaman yang tidak sempat satu. 

Shalawat serta salam mudah-mudahan tetaplah tercurahkan pada junjungan sekalian alam, Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, nabi penutup risalah, yang karena itu ia diutus untuk menyebarkan kasih sayang ke semua alam. Jadi yaitu indah sabda-sabdanya penuh serasi. Tindak-tanduknya penuh lestari. Perintah-perintahnya sepenuh ketulusan berikan. 

Larangan-larangannya sepenuh keikhlasan menyelaksai. Jadi benar-benar indah. Pada sabda serta lelakunya tidak sempat sama-sama menyelisihi. Juga perintah serta larangannya tidak sempat ada sama-sama menyalahi. Jadi yaitu indah Islam agama yang mengajarkan kasih sayang, di turunkan oleh Dzat Yang Mahakasih serta sayang, diwahyukan lewat malaikat yang penuh kasih serta sayang, serta di sampaikan untuk disebarkan pada sekalian alam oleh nabi yang penuh kasih serta sayang. Benar-benar indah agama yang dituntunkan oleh Dzat Yang Mahaindah sekali lagi menyukai keindahan. 

Karena itu, Islam ada di tengahnya ummat bukanlah untuk membelenggu. Ia ada untuk memperindah tatanan. Yang rusak, ia perbaiki. Yang salah, ia betulkan. Yang bengkok, ia luruskan. Yang buruk, ia baguskan. Yang bodoh, ia pintarkan. Yang baik, ia sampaikan. Yang mengakibatkan kerusakan, ia larangkan dan sebagainya. Islam ada untuk kasih sayang untuk sekalian alam. 

Jadi yaitu lumrah, bila sang pengemban risalah penuh kasih serta sayang pada ummatnya. Sebab, ia yaitu cermin tempat berkaca untuk kebengkokan-kebengkokan tingkah laku mereka. Sebab, ia yaitu pelita yang menuntun untuk kegelapan-kegelapan hati mereka. Sebab, ia yaitu penentram yang mengarahkan untuk bebrapa kebimbangan jiwa mereka. Serta sebab ia yaitu qudwatun hasanah, sang contoh sekali lagi teladan untuk kehidupan mereka. 

Memanglah indah. Ia yang tersurat jadi penuntun ummatnya untuk kehidupan yang tambah baik, didunia serta akhirat, betul-betul jadi contoh yang prima dalam tiap-tiap bagian kehidupannya. Jadi yaitu kecocokan yang ia sampaikan. Jadi yaitu kelembutan yang ia tularkan. Jadi yaitu keadilan yang ia sebarkan. Jadi yaitu kemuliaan hidup yang ia menawarkan. Jadi yaitu rahmatan lil alamin yang ia simpulkan, di dalam ummat. 

Serta benar-benar indah nyatanya ia betul-betul rahmatan lil alamin. Ajaran-ajarannya penuh sejuta hikmah. Saran-wejangannya tidak sempat meninggalkan sisa lara di dada. Saran-anjurannya senantiasa menyimpul ulang semangat yang membaja. Saran-nasehatnya senantiasa pas tentang titik sasarannya, serta tanpa ada sedikitpun menyinggung amarah si empunya. Keadilan dalam berkata serta kejujuran dalam berlaku tersebut pedomannya. 
Jadi lihatlah manusia-manusia di sekelilingnya. Tidak sempat ada yang terciderai rasa. Tidak ada juga yang sempat tersinggung kata. Semuanya ia tunaikan hak-haknya. Tidak ada pembedaan. Tidak juga pengistemewaan. Terkecuali pada hal yang telah digariskan, yakni ketaqwaan. Jadi yang bangsawan tidak tersanjungkan dihadapannya. Yang rakyat umum saja juga tidak terpinggirkan di majelisnya. Semuanya sama. Juga kaya serta miskin, tidak ada lain. Semasing ia tunaikan hak-haknya, dengan perlakuan yang semesti serta sepantasnya. 

Sang Nabi memanglah penuh kasih sayang pada semua. Tapi, pada wanita ia lebih lemah lembut dari pada yang lain sebab ia paham kunci kekurangannya. Serta tersebab itu ia juga bersabda pada kita, sebagai ummatnya, dalam kisah Al-Bukhari, Muslim, serta At-Tirmidzi, “Wanita itu terwujud dari tulang rusuk, serta sisi yang paling bengkok yaitu atasnya. Bila sangat keras meluruskannya engkau juga akan mematahkannya. Apabila engkau biarkan, ia juga akan tetaplah bengkok. Jadi, hati-hatilah memperlakukannya. ” 

Karena itu, ia tidak sempat membentak kaum wanita. Karenanya cuma juga akan mematahkannya saja. Tidak juga ia sangat memanjakannya. Karna ini cuma juga akan melenakannya semata. Seperti cerita turunnya surat Al-Ahzab ayat 28 serta 29. Saat istri-istrinya memohon penambahan nafkah, serta berhasil buat dianya resah bercampur amarah. Tapi tetaplah saja tidak ada kalimat amukan yang tertumpah. Tidak ada dampratan. Tidak juga bentakan. 

Atau seperti cerita Fatimah yang datang padanya memohon seseorang pembantu rumah tangga. Walau yang ada yaitu putri kesayangannya, namun masih tetap saja tidak ada pemanjaan yang terlalu berlebih. Tidak ia kabulkan hasratnya. Serta tidak ia beri apa yang dimauinya. Malah ia menawarkan apa yang tambah baik dari yang disuruh, bahkan juga tambah baik dari dunia serta seisinya. Jadi ia sarankan supaya bertasbih, bertahmid, serta bertakbir tiga puluh 3x sebelumnya beranjak tidur jadi gantinya. 

Jadi benar-benar indah saat shahabat-shahabatnya beramai-ramai melalui tiap-tiap garis jejaknya. Seperti cerita Al-Faruq, ‘Umar bin Al-Khattab, yang tengah naik mimbar serta mengkritik tentang tingginya mahar yang disuruh kaum wanita. Jadi berdirilah seseorang dari mereka menyela dengan nada tegasnya. “Apakah engkau akan membatasi suatu hal yang Allah sendiri juga tidak sempat membatasinya dalam kitab suciNya? ” demikian katanya. 
Jadi beberapa hadirin terhenyak tidak menganggap. Nyatanya ada wanita yang sebegitu. Juga ‘Umar tidak kalah kagetnya. Tetapi, tetaplah saja ada kasih sayang mesti diberikannya, seperti contohnya yang demikian lemah lembut. Jadi tidak ada bentakan. Tidak juga dampratan. Serta tidak juga kata makian basic wanita pembangkang. Jadi yaitu ‘Umar menjawabnya dengan penuh kelembutan, “Engkau benar wahai saudariku. Akulah yang salah! ” 

Subhanallah. Benar-benar keluhuran budi yang terbungkus dalam beningnya hati nurani. Jadi terlahirlah keselarasan, terjelmalah kemesraan, serta terpadulah kesetiaan serta pengorbanan. Islam itu memanglah indah. 
Toh demikian tetaplah ada bagian beda yang perlu diamati. Ada potensi beda yang harus diwaspadai. Supaya tidak selesai tragis bak ummat-ummat terdahulu. Seperti cerita bani Israil yang tidak mampu mewaspadainya. Jadi dimusnahkanlah tujuh puluh ribu pasukan dari mereka dalam waktu relatif cepat saja. Jadi sang pengemban risalah paling akhir juga beberapa segera mewanti-wanita kita, dengan bhs kasih sayangnya yang teramat besar pada ummatnya. 

“Adalah dunia ini, ” sabda beliau di sela-sela khutbahnya, “Sungguh indah nan menarik terlihat di mata. Serta Allah menyerahkan pemakmurannya pada kalian ; sebab Ia menginginkan menguji bagaimana amal-amal kalian. Karenanya, hati-hatilah dari dunia, serta hati-hatilah pada wanita. ” 

“Sebab, ” lanjut beliau dalam kisah Imam Muslim, “Musibah pertama yang menerpa Bani Israil yaitu karna wanita. ” “Maka, ” pungkas beliau dalam kisah Imam An-Nasa’i, “Tak ada musibah yang lebih beresiko sepeninggalku lebih dari wanita. ” 

Indah benar. Dua kutub yang sama-sama berjauhan digabungkan dalam satu sulaman. Ia yang diwanti serta diwaspadai nyatanya juga demikian dicintai. Jadi ia juga tidak terkekang hak asasinya. Serta tidak jua terumbar kebebasannya. Ia dijaga tapi tetaplah dihargai. Juga dikaryakan sambil selalu dipantau. 

Jadi lihatlah bentuk konkritnya pada sebarik bebrapa cerita menarik. Pada keteladanan agung kehidupan beberapa salaf yang mulia. Pada ketakjuban akhlak tinggi mereka, pada keindahan pribadi yang tersiram dari mata air yang suci, pada kelembutan yang tersinari dari pelita yang menerangi, Sang Nabi yang demikian terpuji. Jadi tidak ada penelikungan atas nama wanita. Tidak ada pengekangan atas hak-haknya jadi manusia. Tidak ada penodaan atas fitrah manusiawinya. Apatah sekali lagi kezaliman pada kesucian dianya. Ia betul-betul dijaga, tapi tetaplah dihormati. Benar-benar indah, seindah keagungan akhlak Sang Nabi yang demikian memukau jagad raya. Subhanallah. Lantas kita? 

Benar-benar, jauh panggang dari api. Ya, kita sebagai ummatnya cuma dapat merenungi sembari mengintrospeksi diri : pada bicara kita, pada perilaku kita, pada kebeningan hati kita, serta pada kepandiran jiwa kita ; telah layakkah kita jadi ummatnya? Lantas kita selaksai arti yang terdapat di dalamnya ; telah pantaskah kita, yang berikrar kesana ke mari jadi yang paling nyunnah, benar-benar jadi pengikutnya? Tiap-tiap kita, saya serta anda, pasti lebih ketahui apa jawaban tentunya. Sebab, semasing kita yaitu yang paling tahu siapa diri kita yang sesungguhnya. 

Jadi, mari kita menyelaksai arti, sembari selalu menyelam di lautan pengetahuan, pada keteladanan agung nan indah itu. Untuk lalu disana kita belajar pada pengalaman-pengalaman hidup mereka yang syahdu. Lantas, ianya kita menjadikan azas kebermaknaan dalam tiap-tiap langkah kita menuju kemuliaan. Kemudian, beberapa langkah itu kita menjadikan neraca referensi untuk jejak-jejak kaki kita melalui jalan perubahan.

Indra Koswara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram Official @garuthomestay